Jumat, 14 Oktober 2016

Wani - Binjai - Binglu - Mangifera Caesia

Binjai adalah pohon buah sejenis mangga dengan bau yang harum menusuk dan rasa yang masam manis. Buah ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bin-yaa, lam-yaa (Thailand), belenu (Malaysia), beluno (Sabah), baluno, bauno, bayuno (beberapa bahasa di Filipina), binglu (Sunda), dan wani (Bali). Nama ilmiahnya adalah Mangifera Caesia.

Gambar 1 : Buah Wani atau Binjai

Kerabat dekatnya, kemang, seringkali dianggap serupa dan dimasukkan ke dalam spesies ini. Akan tetapi beberapa pakar menyarankan untuk memisahkannya dalam jenis tersendiri, Mangifera Kemanga.

Gambar 2 : Klasifikasi Buah Wani

Binjai berasal dari India. Binjai menyebar secara alami di Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Semenanjung Malaya, sebagian pakar meyakini Kalimantan adalah lokasi asal-usulnya. Dari wilayah-wilayah ini, binjai dibawa dan dibudidayakan orang di Bali, Filipina dan Thailand, serta agak jarang di Jawa bagian barat.

Gambar 3 : Buah Wani

Binjai terutama menyebar di dataran rendah di bawah 400 m, jarang hingga 800m dpl. Jenis ini tahan terhadap penggenangan, dan seringkali didapati dekat tepi sungai. Binjai dapat bertumbuh pada tanah yang subur dan mempunyai drainase yang baik.

Gambar 4 : Pohon Buah Wani

Pohon besar dan rimbun dengan tajuk yang indah, berbatang lurus dengan tinggi mencapai 30-45 m dan gemang 50-80 (-120) cm. Pepagan (kulit kayu) berwarna coklat kelabu dan beralur-alur. Semua bagian pohon, apabila dilukai, mengeluarkan getah keputihan yang tajam dan menggatalkan. Getah ini akan membeku dan menghitam setelah kena udara beberapa lama. Kulit batang berwarna abu-abu dan berkulit pecah-pecah.

Gambar 5 : Daun Buah Wani

Daun tunggal, tersebar, sering mengumpul dekat ujung ranting. Helai daun bentuk jorong sampai lanset, agak bundar telur terbalik, 7-12(-30) x 3-5,5(-10) cm, kaku, menjangat, hijau berkilap di sebelah atas dan lebih pucat di bawah, dengan ibu tulang daun yang menonjol, pangkal yang melanjut dan ujung yang menumpul atau meluncip tumpul. Tangkai daun kaku, memipih, 1-2,5 cm.

Gambar 6 : Bunga Buah Wani

Karangan bunga dalam malai di ujung ranting, 15–40 cm, bercabang banyak dan berbunga lebat. Bunga berwarna merah jambu pucat, berbilangan 5, harum; helai mahkota bentuk garis, lk 10 mm; tangkai sari berwarna keunguan, lk. 5 mm.

Gambar 7 : Tumpukan Buah Wani

Buah binjai terdiri atas dua jenis, yaitu binjai manis dan binjai masam. Binjai manis berukuran lebih kecil dengan kulit buah berwarna kuning kehijauan. Sedangkan binjai masam ukurannya lebih besar dengan kulit buah berwarna kuning.

Gambar 8 : Buah Binjai

Buah binjai dari Kalimantan Selatan (Kabupaten Kotabaru) ada yang lebih manis dibandingkan binjai lainnya. Ada juga binjai yang berukuran besar sehingga disebut dengan binjai “litar” (bahasa Banjar). Dinamakan litar karena ukurannya seperti satu liter. Aromanya khas dan tidak menyengat, namun daging buahnya berserat kasar.

Gambar 9 : Buah Buni Wani

Buah buni, lonjong sampai bulat telur terbalik, lebih kelihatan mirip avokad ketimbang mangga yang tidak simetris bentuknya, dengan ‘leher’ pada pangkalnya, berukuran 12-20 x 6–12 cm, kulitnya tipis pucat kekuningan hingga kecoklatan berbercak. Daging buahnya putih susu, berserat atau hampir tak berserat, mengandung banyak sari buah, berbau agak busuk, masam manis sampai manis. Biji bulat lonjong sampai lanset, lk. 7 x 4 cm, kulit bijinya tipis dan tidak mengayu, monoembrioni.

Perbanyakan binjai dapat melalui biji. Dia berbunga di bulan Juni-Desember dan buah matang pada September-Maret. Perbanyakan dengan jalan mencangkok masih jarang dilakukan.

Gambar 10 : Sambal Binjai

Binjai terutama ditanam untuk diambil buahnya, yang bisa dimakan segar setelah buah itu masak atau untuk bahan es campur. Binjai juga digunakan sebagai campuran sambal, terutama untuk masakan ikan sungai. Buah binjai yang masih muda tak dapat dimakan. Bijinya kadang-kadang dikeringkan dan diolah sebagai lauk makan nasi.

Hasil penelitian yang dilakukan Antarlina, Izzuddin Noor, dan Sudirman Umar, dari Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian menyebutkan, komposisi kimia buah binjai sebagian besar didominasi air sebanyak 78,52 – 86,5 persen. Disusul kadar gula 2,15 persen, asam 20,36 mgKOH/g, vitamin A 241,18 IU, vitamin C 310,89 mg/100g. Kandungan mineral berupa kalsium dan fosfor juga tinggi. Kadar protein buah binjai 1 persen.

Rivera, et al., (2008) menyebutkan bahwa senyawa yang diekstraksi dari batang mangga terdiri dari polifenol, triterpen, flavonoid, fitosterol, serta elemen-elemen kecil lainnya yang dapat berfungsi sebagai antiviral, antitumor, antidiabetes, dan antioksidan. Mangga juga mengandung komponen senyawa polifenolat seperti mangiferin dari turunan senyawa santon, katekin dan epikatekin. Menurut Depkes (2007) biji, daun dan batang mangga mengandung flavonoid, sedangkan daun, dan kulit batang mengandung saponin serta biji dan kulit batangnya mengandung tanin.

Hasil penelitian diketahui bahwa ekstrak tumbuhan Binjai berpotensi sebagai pestisida nabati terhadap ulat grayak dan ulat jengkal dengan mortalitas larva sebesar masing-masing antara 70-80a% dan 75-85%.

Berita Mengenai Buah Binjai

BANJARMASINPOST.CO.ID - “Binjai?! Memang ada nama buah itu,” ujar Adi , mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Banjarmasin, ketika ditanya apakah mengenal buah binjai.

Bersama Adi ada delapan teman nongkrongnya yang berasal dari sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Banjarmasin. Toh di antara mereka hanya ada dua orang yang mengenal nama dan bentuk buah lokal yang di era tahun 80- an pernah akrab di kalangan masyarakat Banjar, bersama buah lokal lainnya yang semakin langka seperti ramania, buah kapul, jentik atau ketapi.

Kini buah binjai semakin langka di pasar-pasar tradisional Banjarmasin khususnya dan Kalsel umumnya. Apalagi di pasar modern, tidak pernah terlihat memajang buah yang secara ilmiah didekatkan dengan jenis buah mangga ini.

“Pernah makan, tetapi tidak suka karena rasanya asem. Kalau masak manis asem tapi banyak asemnya, kalau masih muda kelat dan asem,” ujar Anang, juga mahasiswa perguruan tinggi swasta di Banjarmasin.

Berbeda dengan Adi dan Anang, Fitri mahasiswa Unlam mengaku pernah menggemari buah ini. “Mungkin sekitar lima tahun lalu, agak sering makan buah ini untuk rujak. Tetapi itu yang masih muda. Keras, lalu dirujak dengan gula merah atau cabe yang dihaluskan beserta garam dan terasi bakar. Waktu sih sensasinya luar biasa,” ujarnya mengenang rasa khas buah binjai.

Tetapi, sekarang sudah tidak pernah lagi memakan bahkan menjumpai. “Mungkin karena sudah banyak buah yang lebih enak, manis dan banyak ditawarkan di pasar,” dia beragumen.

Benarkah buah binjai musimnya sudah tidak diperdulikan lagi? Khususnya di kalangan generasi muda?

“Pohonnya saja sekarang sudah jarang, jadi bagaimana, mana ada musim buah binjai,” ini pendapat seorang pedagang buah lokal di Pasar Lama Banjarmasin.

Padahal menurutnya, biasanya musim binjai bisa berbarengan dengan rambutan atau mangga. Namun kini tidak pernah lagi ditunggu.

“Sebenarnya sekarang sudah masuk musim buah binjai. Tapi sedikit, juga kalah bersaing dengan ampalam –jenis mangga Banjar—yang musimnya membludak. Saya ada jual, pembeli pun jarang. Padahal dulu buah ini favorit untuk dijadikan campuran sambal terasi yang menyempurnakan hidangan khas Banjar, ketupat kandangan,” ujar ibu penjual buah binjai di Pasar Lama Banjarmasin.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KORAN-SINDO.COM - Pernah mendengar pohon binjai? Mungkin tak banyak yang mengetahui nama ini. Pohon yang keberadaannya sudah mulai punah ini merupakan cikal bakal nama Kota Binjai.
Gambar 11 : PJ Walikota Binjai

Karena itu, Pj Wali Kota Binjai Riadil Akhir Lubis dengan masa kerja hanya enam bulan bertekad memperkenalkan dan membangkitkan kembali keberadaan pohon binjai di mata masyarakat luas. Buah binjai atau bahasa ilmiahnya Mangifera Caesia merupakan buah yang masih berkerabat dengan mangga dengan baunya begitu harum dan rasanya manis.

Sejarah mencatat buah binjai berasal dari Kalimantan dan kemudian dikembangkan di daerah lainnya sampai ke mancanegara. Buah binjai menyebar di dataran rendah di bawah 400 meter dari permukaan laut, tahan terhadap genangan air dan sering kali didapati tumbuh di dekat tepi sungai.

Pohon binjai bisa mencapai ketinggian 30-45 meter, memiliki kulit pohon berwarna coklat kelabu, dan beralur-alur. Sejarah mencatat mulanya Kota Binjai tak lepas dari buah lezat ini. Ketika itu ada upacara adat di suatu perkampungan di bawah sebatang pohon binjai yang berada di Sungai Bingai bermuara ke Sungai Wampu.

Singkatnya, sungai itu menjadi jalur transportasi dan perkampungan itu pun berkembang. Dengan landasan itu, mantan Staf Ahli Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam (SDA) dan Keuangan ini ingin memperkenalkan pohon binjai lagi. Sebab tak banyak warga Binjai mengetahui kota ini diambil dari nama pohon yang rindang itu.

Gambar 12 : Lambang Kota Binjai, Sumatera Utara

Padahal jika diperhatikan seksama, lambang Kota Binjai terlihat pohon rindang yang diapit oleh bunga kapas dan bambu runcing. “Untuk itulah, saya ingin sekali membangkitkan nama itu agar bisa dikenal oleh masyarakat luas, terutama generasi muda. Karena mereka yang akan meneruskan sejarah mulanya nama Kota Binjai diambil,” tutur Riadil kepada KORAN SINDO MEDAN saat ditemui di kantornya beberapa waktu lalu.

Tidak menunggu lama, Riadil langsung membuat program pembibitan pohon binjai untuk dikembangkan. Bibitnya akan dibagi-bagikan untuk ditanam, baik di setiap sekolah di Kota Binjai, setiap kantor pemerintahan, taman kota, pintu masuk Kota Binjai, dan tempat lainnya. “Insya Allah, kami akan memberikan masing-masing satu pohon agar pohon binjai tersebut bisa terjaga kelestariannya di masa depan,” ujarnya.

Pelestarian pohon binjai secara masif bukan hanya menjaga agar keberadaannya tidak punah, melainkan karena pohon ini memiliki fungsi sangat luas. Pohon ini berfungsi sebagai pohon peneduh dan menjaga kota ini dari pemanasan global. “Kalau kita lihat pohon ini sangat rindang dan batangnya sangat kokoh.

Ini bagus sebagai pohon teduh dan menjaga kota ini terhindar dari polusi udara,” ucapnya. Menjaga kestabilan kota dari tingkat polusi merupakan kota impian. Sebab kota-kota modern yang ada di Jepang dan Eropa sudah membuat kota dengan konsep ramah lingkungan. Kota Binjai harus bisa menjadi kota impian itu, apalagi kota ini merupakan kota satelit.

“Kota Binjai sangat strategis, ini diatur oleh Keputusan PresidenNomor 62 Tahun 2011 tentang Pengolahan Kawasan Binjai, Deliserdang, Karo, yang menjadi kota satelit Medan. Dipastikan kota ini akan menjadi tempat banyak orang bermukim,” ucapnya. Dengan banyak orang bermukim di Binjai, pasti kota ini akan lebih maju pesat seperti Kota Medan.

Ke depannya, Binjai diharapkan bisa menjadi kota strategis secara nasional. “Apalagi ditambah dengan ada pembuatan jalan tol Medan-Binjai-Kualanamu, dipastikan kota ini akan lebih berkembang dari segi perekonomian dan lainnya,” kata Riadil.

Sumber:
Artikel:
https://id.wikipedia.org/wiki/Binjai
http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/rubrik/flora-a-fauna/269-binjai-buah-eksotik-dari-lahan-rawa
http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1365&Itemid=10
http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/01/05/generasi-muda-tak-perduli-dengan-musim-buah-ini
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=7&n=20&date=2015-10-21

Gambar:
Gambar 1 : http://thumbs2.picclick.com/d/l400/pict/142113758537_/BINJAI-White-KEMANG-TREE-Borneo-Mango-Mangifera-GIANT.jpg
Gambar 2 : https://id.wikipedia.org/wiki/Binjai
Gambar 3 : http://fruitarian.ru/wp-content/uploads/2013/01/2-wani.jpg
Gambar 4 : http://uforest.org/Images/m_caesia1.jpg Gambar 5 : http://uforest.org/Images/m_caesia3.jpg
Gambar 6 : http://uforest.org/Images/m_caesia7.jpg
Gambar 7 : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh13uj0bIzEkcfGuFIzSOJntJhrjpZanwyfEhFkyOHkJI-vroKbmYjqcZoeJr4pDF-K3vG_4b1RaS-4rTB_mKIK5fSO1ZmotgrRzcMolrro8Du3vAY66pccAN_M2CMiSR8PLvSh_URZ1FqG/s1600/IMG_6873.JPG
Gambar 8 : http://pondokkecil.com/blog/wp-content/uploads/2014/08/BUAH-BINJAI.jpg
Gambar 9 : http://uforest.org/Images/m_caesia8.jpg
Gambar 10 : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKvYq8r1-kBW-5ErE8nUM6tedI0TLRGiQGQ5cX_haHD5W2z9bQHjjzVE-jWGUJpa5DGoNGkE7qE5Oatxr0lYoVWOX0JpuZV2_jUf2yGFak0jdkd9VJZaIIyxTqDoEst97BL45p9bHvtHk/s1600/sambalbinjai1.JPG
Gambar 11 : http://103.253.112.93/epaper/data/Koran%20Sindo%20Nasional/2015-09-28/Daerah/Hari%20Ini,%20Enam%20Pj%20Kepala%20Daerah%20Dilantik/Koran_Sindo_Nasional_2015-09-28_Daerah_Hari_Ini,_Enam_Pj_Kepala_Daerah_Dilantik_1.jpg
Gambar 12 : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt6FK7wNRt1TP2CMyDmc0Xj7iIfqLr32R3tOVTtKxDe0l2zHZsCxfVCvRQc5SOpDrSl8c4hyDj2Nags11TETdUj-5GqT6Wqy1Je1wDeDzEnmePpbwHTcZb35wOLUKIdNjXdnKbX7fg7sM/s1600/logo+kota+binjai+sumut.png

Tidak ada komentar:

Posting Komentar